Rokok Telah Menjadi Bagian dari Budaya Nusantara ( Bagian 1 )

 

Ada jutaan orang Indonesia yang menjadi penikmat rokok. Bagi mereka, rokok telah menjadi bagian penting dalam hidup layaknya cinta yang bisa memberi kenikmatan dan kepuasan. Mereka sudah tahu sejak dulu tentang efek negatif dari merokok, untuk apa ada peraturan yang mengharuskan gambar penyakit mengerikan di kemasan rokok yang membuatnya tak elok dipandang. Ada upaya terstruktur, sistematis dan masif untuk mematikan industri rokok - mulai dari menaikkan tarif cukai sangat tinggi yang membuat harganya tak lagi terjangkau hingga menggembar-gemborkan bahaya merokok yang terkesan sangat dilebih-lebihkan. Tentu segala sesuatu akan menjadi berbahaya jika berlebihan/overdosis - ini tidak hanya berlaku untuk rokok tapi juga vitamin c, soda, bir, kopi, bahkan susu tinggi kalsium. 


Menikmati hidup adalah hak setiap orang, pilihannya bisa beragam - pergi clubbing, memiliki banyak istri cantik atau mengoleksi mobil mewah. Tapi jika ingin bahagia secara sederhana, menikmati rokok dan secangkir kopi bisa jadi pilihan yang jauh lebih ekonomis. Bersyukur dan bahagia adalah  salah satu resep panjang umur yang diajarkan oleh banyak legenda spiritual. Terbukti banyak perokok yang tetap sehat hingga usia 70 tahun, mereka bahagia, tidak pernah menderita kanker, dan jarang terserang flu. Jangan biarkan kampanye hitam mematikan industri rokok yang telah berjasa besar terhadap penerimaan negara, petani tembakau, pedagang, dan menjadi sponsor siaran sepak bola di TV. Dan lebih dari itu, rokok telah menjadi bagian dari budaya nusantara.

Kontributor : Tim Bagus 

Video Pilihan :

 





Dampak Positif dan Negatif E-Commerce untuk UKM

 

Segala sesuatu selalu memiliki dampak positif dan negatif tak terkecuali ecommerce. Didukung modal besar dari investor institusional, beberapa e-commerce beriklan secara masif dan promosi diskon hampir setiap bulan. Strategi bakar uang untuk menarik masyarakat berbelanja secara daring terbukti efektif. Kini masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dll telah terbiasa berbelanja online dan mulai meninggalkan kebiasaan berbelanja secara langsung ke toko / mall. Ini tentu berpengaruh besar terhadap kelangsungan usaha kecil yang selama ini menyewa toko. Terbukti di beberapa pusat perbelanjaan, banyak toko yang telah tutup bahkan sebelum pandemi covid berlangsung.


Para pelaku UKM memang bisa bergabung dan banyak yang telah membuka lapak di marketplace online, namun tentu hanya toko/grosir yang menawarkan harga termurah yang bisa menggaet konsumen. Pelaku usaha kecil tentu tidak bisa bersaing dari segi harga dengan grosir dan distributor besar. Jutaan lapak online milik pelaku UKM bisa jadi hanya sebatas pelengkap dan mempercantik statistik jumlah pengguna situs e-commerce. Tapi realitas tak seindah statistik yang dibanggakan, mayoritas omzet e-commerce yang tumbuh pesat hanya dinikmati grosir dan distributor besar.

Kontributor : Tim Bagus 

 Video Pilihan :





Blunder Jadikan Beras Sebagai Makanan Pokok ( Bagian 1 )

 

Makan nasi bukanlah budaya asli nusantara. Entah sejak kapan makan nasi menjadi populer menggantikan ubi, jagung dan sagu. Dari segi kandungan gizi, ubi dan jagung jauh lebih sehat dan bernutrisi - kandungan proteinnya lebih tinggi dari beras. Dari segi kemudahan pembudidayaannya pun, ubi lebih mudah - tinggal tancam batang ubi di sela sela pohon di kebun/ hutan pun bisa tumbuh subur. Proses panen dan memasaknya pun sangat mudah - tinggal cabut, bakar / rebus ubinya. Bandingkan dengan padi yang proses pembudidayaannya harus disawah dan butuh banyak air, perawatan dan pemanenannya butuh banyak waktu dan tenaga, harus melewati proses pengeringan, dan penggilingan menjadi beras. Bayangkan betapa susahnya orang-orang dulu harus menumbuk padi ( sebelum ada mesin penggiling beras ) demi makan nasi yang sebenarnya tidak akan enak jika tidak ada lauknya. Untuk apa memilih yang repot ( makan nasi ) jika bisa makan ubi yang serba lebih ( lebih mudah ditanam,lebih mudah dimasak,lebih bergizi tanpa lauk pun sudah enak ). Sudah saatnya kita berpikir ulang dan mengganti beras dengan ubi sebagai makanan pokok. Terlebih disaat perubahan iklim / kekeringan didepan mata, negara-negara yang menjadikan beras sebagai makanan pokok harus mulai mendiversifikasi dengan ubi dan jagung jika tidak ingin terjadi kelaparan akut karena kegagalan panen padi disemua wilayah.


Era kejayaan beras akan segera usai, perubahan iklim dan kekeringan adalah pemastinya. Persawahan bukanlah praktik pertanian yang ramah lingkungan. Membabat hutan untuk mencetak sawah secara terus menerus akan merusak lingkungan dan menjadi penyebab berbagai bencana - banjir, longsor, pemanasan, kekeringan, dan menurunnya kadar oksigen di udara.Jangan biarkan kebodohan dengan menjadikan beras sebagai makanan pokok terus berlangsung. Mari kita akhiri segera dengan mulai menanam ubi di kebun dan pekarangan rumah diantara sela-sela pohon. Makan ubinya, nikmati sayur / jamu dari daunnya, dan rasakan hidup yang lebih sehat. 

Kontributor : Tim Bagus

Video Pilihan :


 

Prediksi Masa Depan Crypto, Dollar, dan Emas

 

Meski tidak ada seorang pun yang bisa melihat apa yang terjadi di masa depan secara pasti, namun kita bisa memprediksi segala sesuatu dengan melihat berbagai indikator ekonomi dan tren yang berlangsung tanpa perlu belajar ilmu sihir tingkat tinggi. Jika kita melihat tren, jelas crypto memiliki masa depan meski akan terjadi seleksi alam dan mungkin hanya segelintir dari ribuan varian crypto yang bisa bertahan dalam jangka panjang. Jika kita melihat berbagai indikator ekonomi Amerika, maka akan jelas terlihat bahwa dollar akan mulai kehilangan pamornya bahkan bukan tidak mungkin kehilangan statusnya sebagai safe haven ( Global Currency ) , meski dalam jangka pendek menengah berpeluang menguat karena efek kenaikan bunga bank sentral Amerika. Lantas bagaimana dengan Emas ? Era kejayaan emas adalah masa lalu yang sulit terulang kembali. Kenaikan nilai/harga emas terhadap berbagai mata uang sebenarnya hanyalah ilusi belaka, karena nilai/harga komoditas, mineral, tanah dan bahan makanan juga alami kenaikan yang bahkan lebih fantastis setiap tahunnya. Apa yang sebenarnya paling bernilai didunia ini adalah oksigen, air dan makanan - yang tanpanya manusia tidak akan bisa hidup. Berhentilah memuja dollar dan emas !

Kontributor : Tim Bagus 

Video Pilihan :



Asal Bukan Jakarta, Ibukota Seharusnya Dipindah Sejak Dulu ( Bagian 1 )

 

Jakarta sudah terlalu lama menikmati status sebagai ibukota negara. Selama ini pembangunan lebih terkonsentrasi di wilayah barat pulau jawa. Ini jelas kurang adil bagi suku jawa sendiri. Jutaan orang jawa terpaksa mencari pekerjaan hingga ke luar negeri tapi dipersepsikan seolah orang jawa-lah yang menikmati pembangunan dan hasil kekayaan tambang dari pulau-pulau lain. Semua harus sadar Jakarta sejak dulu hingga kini bukanlah kotanya orang jawa meski banyak pejabat yang berasal dari suku jawa. 


Apakah pemindahan ibukota ke kalimantan sudah tepat? Biarkan waktu yang menjawabnya, tapi yang pasti sudah terlalu banyak tambang yang dikeruk dari bumi kalimantan dan sudah seharusnya pembangunan berskala masif sebagai imbalannya terlepas jadi ibukota atau tidak. Alternatif lokasi lainnya yang layak dipertimbangkan selain di kalimantan adalah bali, jateng, dan lampung agar pembangunan lebih merata. Kalau pembangunan dipulau jawa saja tidak merata apalagi di wilayah timur Indonesia. 

Kontributor : Tim Bagus

Lainnya :